Penggunaan popok sekali pakai (pospak) memang memudahkan orangtua zaman sekarang, ya. Tidak perlu repot mencuci apalagi menyetrika, sangat praktis.
Tapi tahukah bunda kalau popok sekali pakai adalah penyumbang sampah terbanyak kedua di laut, yakni 21% menurut riset Bank Dunia pada 2017. Butuh waktu puluhan bahkan ratusan tahun supaya sampah pospak bisa terurai secara alami.
Menurut Anita Resky, Sanitarian Puskesmas Polowijen Kota Malang, di beberapa kelurahan di Malang sungainya dipenuhi oleh sampah pospak hampir setiap hari. “Bahkan orang-orang membuang sampah popok seisinya tanpa dibersihkan terlebih dahulu,” ujar Anita.
Hal tersebut tentu meresahkan ya, bunda, sebab dapat mencemari lingkungan dan mematikan makhluk hidup di sekitar sungai.
Di Jawa Timur seperti halnya di Malang, membuang sampah di sungai didorong pula oleh mitos suluten, masyarakat percaya bahwa membakar atau membuang popok di tempat sampah dapat menyebabkan ruam dan iritasi pada bayi.
Berangkat dari kondisi itu Anita bersama tim Puskesmas Polowijen membentuk Rumah Diapers. Tujuannya untuk mengajak dan mengubah kebiasaan masyarakat yang suka membuang diaper sembarangan ke sungai.
“Kami melakukan penyuluhan ke desa-desa bagaimana cara membuang diaper yang benar,” ujar ibu satu anak ini.
Menurut Anita sampah pospak sebenarnya bisa didaur ulang. “Sampah popok bisa diolah menjadi pupuk bahkan disulap jadi kerajinan tangan yang nantinya bisa dijual,” ungkapnya.
Bagaimana Mengolah Popok Jadi Pupuk?
Hidrogel yang terkandung di dalam pospak bisa bermanfaat untuk pupuk cair maupun media tanam. Sebelumnya jangan lupa bersihkan dahulu popok bekas BAB/BAK ke dalam closet.
Tas dan pot bunga adalah contoh karya berbahan pospak yang didaur ulang
Pastikan ya bunda, pospaknya benar-benar bersih dan tidak ada noda BAB sama sekali. Nah supaya lebih bersih lagi bisa menggunakan sabun detergen untuk menghilangkan nodanya.
Selanjutnya bisa mengikuti langkah-langkah berikut :
- Setelah permukaan pospak benar-benar bersih dari kotoran, gunting dan buka bagian dalam popok mengikuti pola.
- Lalu keluarkan hidrogelnya. Pisahkan hidrogel bekas BAB dan BAK ya. Hidrogel inilah yang kemudian bisa dijadikan media tanam. Caranya, taburkan hidrogel di atas tanah tanaman (untuk popok bekas BAK bisa untuk seluruh jenis tanaman, tapi untuk popok bekas BAB hanya untuk tanaman hias ya, tidak untuk tanaman TOGA atau sayur-sayuran).
- Lapisan luar popok bisa direndam dengan dicuci bersih lalu dijemur hingga kering.
- Setelah kering, bagian luar popok tersebut bisa dimanfaatkan sebagai kreasi kerajinan tangan seperti tas anyaman, asbak hingga pot kembang.
Anita mengungkapkan ada banyak keunggulan menggunakan media pupuk hidrogel. Gel tersebut sangat bagus untuk menyerap air sehingga dapat mempertahankan kelembapan tanah. Selain itu menjaga cairan nutrisi agar tidak cepat kering.
Gel yang memiliki daya serap tinggi dapat menyimpan air sampai satu minggu. “Jadi nggak perlu disiram setiap hari,” imbuhnya.
Wah, bagaimana bunda tertarik mencobanya? Ternyata butuh langkah yang banyak ya dalam pengolahannya. Untuk itulah Anita menyarankan untuk mengurangi pemakaian popok sekali pakai dan beralih ke clodi (popok kain).
“Penggunaan pospak memang pilihan masing-masing orangtua. Tetapi yang paling penting jadilah orangtua yang bertanggung jawab dengan sampahnya. Jangan hanya mikir penggunaannya tetapi bagaimana pengolahan sampah dan dampak kesehatannya ke anak,” tuturnya.
Memang penggunaan pospak itu mudah dan praktis. Tapi kalau kita bisa menguranginya, itu artinya kita bisa memberi sumbangsih yang besar lho terhadap ‘kesehatan’ bumi. Yuk, sama-sama bertanggung jawab terhadap sampah pospak!